ESSAI: Pahlawan Indonesia Masa Kini: Mengembalikan Kebiasaan Para Cendekiawan dengan Penelitian
Pahlawan
Indonesia Masa Kini:
Mengembalikan
Kebiasaan Para Cendekiawan dengan Penelitian
oleh:
Andreas Agil Munarwidya*
(peserta lomba esai /UNY)
(peserta lomba esai /UNY)
Rasa ingin tahu mendorong seseorang
melakukan sesuatu pada sesuatu yang ingin ia ketahui. Ini bukan tentang menjadi
kepo (knowing every particular object) atau sejenisnya. Akan tetapi,
inilah sifat awal dan sifat dasar yang harus dimiliki oleh orang-orang yang
ingin menjadi “besar” di dunia ini. Sifat ingin tahu inilah yang memang harus
dimiliki oleh seorang cendekiawan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
cendekiawan diartikan sebagai orang yang memiliki sikap hidup yang
terus-menerus meningkatkan kemampuan berpikirnya untuk dapat mengetahui atau
memahami sesuatu. Karena sungguh, ada saja hal yang ingin diketahui oleh cendekiawan,
yang mungkin bagi sebagian orang adalah pekerjaan yang sia-sia, buang-buang
waktu, atau tidak penting sama sekali. Ya, seperti itulah pekerjaan para cendekiawan.
Pekerjaan yang memang membutuhkan kesabaran yang besar selain rasa ingin tahu
yang besar pula. Pekerjaan yang menuntut pelakunya untuk giat menemukan kembali
ilmu/teori yang mungkin sudah pernah dipakai (discovery), atau bahkan teori yang benar-benar baru sekalipun (invention). Pekerjaan yang persis sama
dengan kegiatan yang sering kita sebut dengan nama riset atau penelitian.
Memang, banyak sekali definisi dari
riset atau penelitian itu. Akan tetapi, dari sekian banyaknya definisi itu,
riset atau penelitian sebenarnya akan kembali pada satu konsep yang sama, bahwa
penelitian adalah aktivitas yang dilakukan untuk memecahkan masalah yang ada.
Senada dengan hal di atas, menurut Annisa Meutia Ratri (22), salah satu
penerima manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara (Bakti Nusa) Dompet Dhuafa angkatan
II, penelitian tidak hanya untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan. Namun,
lebih dari itu bagaimana penelitian bisa memecahkan berbagai masalah yang ada
di dalam masyarakat. Itulah sejatinya tujuan dari penelitian.
Sebuah
Forum, Seberapa Pentingkah?
Masalahnya sekarang, memecahkan
sebuah masalah lewat penelitian tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Banyak hal yang mesti dipersiapkan. Oleh karena itu, menurut hemat kami, salah
satu hal yang mesti dipersiapkan untuk memudahkan pemecahan masalah lewat
penelitian adalah berbanding lurus dengan adanya sebuah lembaga atau forum yang
dapat menempa sekaligus memberdayakan orang-orang yang ada di dalamnya untuk membangun
kebiasaan cendekiawi selain juga kepercayaan diri.
Forum atau lembaga dari kegiatan
penelitian ini sebenarnya dimaksudkan untuk mengajak calon-calon peneliti agar
bersama-sama menyadari dan saling memberi motivasi sehingga dalam aktivitas
kepenelitiannya nanti dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Di samping
itu, dalam budaya cendekiawan, ada satu aktivitas yang tidak bisa dilakukan
jika hanya ada satu orang saja. Aktivitas itu adalah berdiskusi. Oleh karena
itu, forum atau lembaga di sini mutlak dibutuhkan untuk para peneliti guna
mengembangkan kebiasaan baiknya, yaitu berdiskusi serta mengolah pendapat dari
ilmu/teori yang ada, di samping membaca dan menulisnya.
Dewasa ini, kita sebenarnya
dihadapkan pada banyaknya pelajar atau penuntut ilmu yang enggan membudayakan
kebiasaan para cendekiawan tersebut. Keengganan ini kerap dialami oleh para remaja,
khususnya dari kalangan siswa-siswa sekolah sampai mahasiswa-mahasiswa di
tingkat awal perkuliahan. Keengganan ini sebagian besar dipicu karena karena
rasa malasnya untuk berpikir keras selain juga malu untuk tampil berpendapat. Alhasil,
keengganan ini pula yang akhirnya lebih “maju” daripada rasa bangganya bisa
mengharumkan nama bangsa dengan menjadi cendekiawan muda lewat budaya membaca,
menulis, dan berdiskusinya. Padahal, tidak sedikit dari kalangan siswa dan
mahasiswa yang merasa geram bahkan dongkol tiada terkira karena mendengar dan
melihat kebudayaan, kesenian, dan kepulauan Indonesia yang diambil dan dijarah
oleh bangsa lain. Lalu, buat apa rasa
geram dan dongkolnya itu kalau ternyata hanya digunakan untuk memperbesar rasa
malas dan malunya daripada mulai bergerak dan mengadakan perubahan dengan
penelitian di ranah-ranah yang tadi dijarah oleh bangsa lain? Oleh karena
itu, tidak ada jalan lain selain menjadi “pahlawan” bagi bangsa Indonesia
dengan menceburkan diri di aktivitas penelitian. Mengapa? Sederhana saja.
Bagaimana mungkin kita dapat menjaga warisan nenek moyang kita bila kita tidak
tahu apa saja warisan tersebut dan bagaimana cara menjaganya? Maka, dengan
aktifnya kita bergelut di bidang ini, kita pun akan mengetahui apa saja warisan
budaya dari leluhur kita serta cara-cara untuk melestarikannya. Dengan hal
tersebut, diharapkan para pemuda atau generasi tua-muda yang ada dapat menjadi
“pahlawan-pahlawan” baru Indonesia lewat penelitian.
Be The Next Heros!
Jika ada yang bilang penelitian
harus berkutat pada masalah-masalah yang sama seperti masalah yang Einstein,
Newton, atau Thomas Alpha Edison geluti, maka jawabannya adalah kurang tepat
sama sekali. Penelitian tidak hanya berkutat pada masalah sains atau ilmu
pengetahuan alam saja. Penelitian juga jelas mencakup bidang garap yang
bersifat noneksak dan nonmatematis. Dengan kata lain, penelitian adalah
kegiatan yang juga merambah bidang-bidang sosial-kemasyarakatan, kebahasaan,
dan kesenian. Bila perjuangan pahlawan di zaman prakemerdekaan adalah dengan
mengangkat senjata untuk memerangi penjajah yang berusaha mengobrak-abrik
tatanan kebangsaan negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka
di zaman ini, perjuangan rakyat Indonesia adalah cukup dengan menjaga dan
melestarikan peninggalan pahlawan kita terdahulu sebagai manifestasi dari rasa
tanggung jawab atas rasa kepemilikan dari wilayah geografis NKRI. Jika benar
kita mencintai tanah air kita ini, maka tidak ada alasan lagi untuk tidak
menjadi seorang cendekiawan di bidang penelitian. Hal ini dilakukan demi menjaga
keberlangsungan, kelestarian, dan keragaman budaya yang ada di Indonesia. Tidak
ada yang lebih menumbuhkan rasa bangga selain dengan menumbuhkembangkan potensi
kesenian dan kebudayaan bangsa kita untuk kemudian dikenalkan kepada
bangsa-bangsa yang ada di seluruh dunia. Jadi, maukah Anda?! J
*Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Saat
ini aktif di Komunitas Studi Budaya
sebagai Kepala Divisi Teater
Comments
Post a Comment